Love Do [Part 1]

Bunda….

Keiko ingin memperkenalkan diri padamu Bunda…

Namaku Keiko Ananta Dibyo.

Tapi orang-orang terdekatku memanggilku Keiko.

Aku pintar. Aku cantik. Aku kreatif. Aku anak yang baik. Aku penyayang.

Dan aku mandiri.

Aku anak seorang koki bernama Dibyo.

Dan aku sangat menyayangi ayahku. Dia ayah terbaik untukku.

Aku orang yang rapi. Aku pintar masak. Aku pintar mamainkan beberapa alat musik.

Aku belajar main piano secara otodidak.

Aku suka memaksakan diri dan aku tahu itu akan membuatku sakit.

Kini aku berusaha untuk memperbaikinya.

Aku penuh rasa ingin tahu. Aku rajin shalat. Rajin berdoa.

Kadang dalam berdoa aku lupa menyebut nama Bunda.

Aku takut pada Bundaku. Aku takut setiap melihatnya.

Aku hampir tak mengenalnya, sama seperti dia tak mengenalku.

Karena dia membuatku merasa amat kesepian.

Karena dia membuatku kehilangan keinginan hidup.

Aku merasa terluka dan marah.

Aku kesepian. Aku merasa terpisah darimu.

Aku merasa sedih karena merasa takut padamu...

“Selamat pagi, ayah…mmmwwwahhhh!” sapa Keiko seraya mengecup pipi ayahnya.

“Pagi, Keiko sayang….sarapannya udah siap, tuh. Nasi goreng ikan asin kesukaan kamu…” kata ayah saat Keiko bergabung dengannya di meja makan. Keiko hanya tersenyum melihat sarapan yang disediakan oleh ayahnya seraya berpikir sesuatu. Hmmmm…Lezat banget. Nasi goreng ikan asin, ayah paling tahu apa yang pengen aku telan pagi hari ini. Tapi Dewa bakal bawel lagi nih kalau aku sarapannya pake ikan asin. Ketahuan nggak yah nanti ?.Tapi…ahhh, emang aku pikirin, apa. Perang ya perang. Yang penting aku kenyang jadi nggak perlu barengan lagi kekantin. Bosan !.

“Loh…kok jadi patung disitu..? ayo cepat..keburu dingin nasi gorengnya…ntar nggak enak, loh..”.

Keiko pun dengan lahap menikmati sarapannya. Dia tak peduli akan ada yang memarahinya setelah ini.

“Kei, ayah punya ide, nih…3 hari lagi kan tepat 3 tahun almarhumah bunda meninggal, gimana kalau kita bikin acara khusus selain tahlilan…misalnya…ayah menggelar presentase tentang cabang baru restoran ayah yang bakalan ayah buka dekat sekolah kamu…” kata ayahnya menggebu-gebu dengan ide barunya.

Keiko hanya tersenyum tipis. Iya, yah…3 hari lagi genap sudah 3 tahun bunda pergi meninggalkan kami. Ya tuhan, aku begitu merindukan bunda ku.

“Nanti ayah bakal nyuruh paman kamu merekrut keluarga di kampung untuk jadi karyawan kita…gimana?”.

“Terserah ayah, Kei mendukung apa yang menjadi keputusan ayah….Oh iya, Kei pulangnya agak telat hari ini. Harus nemenin Dewa latihan lagi, setelah itu aku mau kerumah om Bagas, siapa tahu perusahaannya butuh karyawan. Papanya Mona kena PHK, kasihan,Yah. Semoga aja om Bagas mau membantu…” ujar Keiko disela makannya.

Ayahnya hanya tersenyum bangga mendengar kepedulian Keiko pada teman-temannya. Namun tiba-tiba raut wajahnya berubah ketika mengingat sesuatu.

“Eh…ngomong-ngomon soal Dewa, jus Strawberry yang kemarin belum dia bayar, loh..!” kata ayahnya. Keiko langsung tertawa mendengar hal itu. Bersamaan pula bunyi klakson dari luar rumah. Walaupun sarapannya belum habis, Keiko bergegas menelan suapan terakhirnya dan menghabiskan segelas susu.

“….panjang umur tuh, bocah…Oh iya…tas kamu, sayang..” kata ayah seraya mengambil tas sekolah Keiko yang ada didapur. Keiko mengerutkan dahinya. Kenapa tas aku ada didapur, ya? Kapan aku naruhnya?.

Keduanya pun keluar rumah menemui Dewa yang lagi memeriksa mesin mobilnya. Indahnya pagi ini, melihat wajah Dewa yang tampan walaupun didahului dengan melihat ketampanan ayah ku. Tuhan baik banget sih tiap paginya mempertemukan aku dengan 2 lelaki tampan ini.

“Pagi, koki Dibyo…” sapa Dewa. Keiko hanya memandangi kedua cowok itu secara bergantian. Masih merasa bahagia ada diantara 2 lelaki tampan ini.

“Pagi,…kenapa lagi mobil kamu? Mobil mahal gitu rusaknya cepat banget…”

“Bukan rusak om, saking mahalnya aku harus ngerawat mesinnya secara rutin…” Dewa agak sombong. Kedua lelaki ini memang paling sering beda argumen. Itu yang membuat Keiko seperti putri raja kalo berada diantara mereka berdua.

“Wah…kamu orangnya prepare banget ya? Semuanya harus rutin, latihan basket, periksa mesin mobil, dan antar jemput Keiko juga rutin. Om salut sama kamu, ternyata kita itu sama…” kata om Dibyo membuat Dewa tersenyum bangga.

“..om juga orangnya rutin menagih hutang. Pastinya kamu juga rutin kan membayar hutang..?” kata om Dibyo menyinggung Dewa. Keiko tertawa mendengar hal itu. Dewa hanya memonyongkan bibir seksinya seraya menyodorkan uang 5000 kepada Pak Dibyo.

“Nah…gitu…lain kali kamu harus rutin bayar jus strawberry kalau pengen Kei rutin juga membuatnya…Ya sudah, sana…entar telat karena macet lagi…Jagain Kei ya…” pesan ayah yang langsung disambut oleh anggukan kepala Dewa.

“Ayah, Kei pamit ya pergi dulu…” kata Keiko seraya memeluk kemudian mencium tangan ayahnya. “Assalamu alaikuuuuum…” ucapnya dan berlalu.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat masuk kedalam mobil Keiko menghela napas karena bahagia parfum mobil Dewa tak tercium oleh hidungnya. Kalau saja tiap harinya seperti ini. Nyaman dan sejuk tanpa aroma menyengat.

“lo ingat kan hari ini gue ada latihan…?” ujar Dewa seraya melirik kearah Keiko. Saat itu mobil yang dikendarainya tengah melaju di jalan.

“Iya…”. Ujar Keiko agak cuek karena merasa ada yang mengganjal di dalam tasnya. Ia pun membuka isi tasnya.

“lo ngapain, sih..?" Dewa protes karena dicueki.

“Tau’ nih…kayaknya ayah masukin sesuatu kedalam tas gue, deh….tuh bener, kan…wahhhh!, ini pasti makan siang gue…roti isi daging, sama udang berselimut mieeee,huaaa…” Keiko memamerkan isi kotak makan siangnya pada Dewa. Dewa hanya menaikkan kedua pundaknya karena merasa geli.

“Lucu banget nama masakan pak koki itu…Udang berselimut mie…yang nyiptain nama itu pasti lo kan?”

“Ide namanya dari gue….ayah yang mempatenkannya…”

“Anak sama ayah sama aja…” Dewa tertawa sinis.

“Eh, ini enak loh....apa lagi kalo pake sambal yang pedissss banget……muka tuh langsung kayak udang rebus. Ya seperti elo kalau lagi marah…” ejek Keiko membuat Dewa menoleh kearahnya dan melototkan matanya yang indah itu.

“Mau coba ah satu….” Kata Keiko dan mengambil satu Udang berselimut Mie buatan ayahnya untuk dimakan.

Dewa tiba-tiba mengerem mobilnya. Kalau Udang tadi nggak dipegang erat-erat, pasti sudah jatuh…kan kasihan, mubazir.

“Eit…eit…awas lo kalo berani makan tuh udang pake selimut di dalam mobil gue…gue udah cuci nih mobil tadi pagi dan gue sengaja nggak semprotin parfum mobil gue berhubung lo 2 hari yang lalu muntah di jok belakang karena cium baunya. Jangan sampai gue semprotin parfum itu…”

“bawel banget sih,lo….gue kan suka banget sama udang berselimut mie…”

“Iya..gue juga tahu kalau lo suka ikan asin dan roti isi daging. Tapi gue benci sama baunya…” Dewa lalu mengambil Tupperware berisi makan siang Keiko dan menaruhnya di jok belakang.

“arrrggghhhh…..Cowok anehhhhhhh……” Keiko berteriak kesal didalam mobil. Dewa lalu menutup telinganya dengan kedua tangannya karena teriakan Keiko sangat memekakan telinga. Namun ia terkejut ketika hidungnya mendapati bau yang tak disukainya. Ia pun mengendus-endus mencari dari mana asal bau tak sedap itu. Keiko juga ikutan mengendus-endus.

“Loh…kok seperti ada bau ikan asin…emangnya isi kotak makan siang kamu itu ada ikan asinnya juga…?” tanya Dewa ketika yakin bau tak sedap itu adalah bau ikan asin.

Keiko pun spontan membekap mulutnya dengan kedua tangannya. Dewa menaikkan salah satu alisnya melihat tingkah Keiko.

“Lo sarapan apa tadi pagi?, ikan asin kan?”, tanya Dewa menghakimi. Keiko tak menjawab. Hanya menggelengkan kepala.

“Ya udah kalau nggak mau bilang, gue semprotin parfum mobil sekarang…biar kamunya muntah…”

“Jangan….! Iya, gue ngaku…gue sarapan nasi goring pake ikan asin…” aku Keiko berhati-hati. Dewa lalu menyandarkan punggungnya di jok mobil.

“Udah berapa kali gue bilang, gue nggak mau cium bau-bau amis ada dalam tempat yang privacy banget buat gue…Lagian kenapa sih nggak gosok gigi dulu kalau udah sarapan…biar baunya nggak keluar..” Dewa nampak pasrah. Agak capek harus selalu mengingatkan kebiasaan buruk Keiko.

“Gimana mau sikat gigi kalau elo nya keburu jemput…makhluk yang disiplinnya kelewatan…” Keiko membela diri.

“Gue nggak mau terlambat, soalnya pagi ini gue ada ujian Matematika, remedial sekelas……” kata Dewa.

“Ya udah, jalan lagi. Nggak bakalan diulang, deh. Gue nggak mau ntar lo ny nggak boleh masuk kelas, trus nyalahin gue lagi…capek..!!” Keiko pun merogoh kantong baju seragamnya dan mengeluarkan permen. Dewa melihat itu dan kembali menghidupkan mesin mobilnya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Itulah Dewa…dan ini hari ke-27 saat aku harus bersamanya. Orang yang hampir sebulan membuat aku dengan relanya mau menjadi pacarnya. Entah kenapa, tapi karena keputusan gilanya memilih menjadi pacarku telah membuatnya sempat ditinggalkan oleh teman-teman gang nya yang rata-rata cowok. Bukan hanya itu, ia juga harus kehilangan fans-fans nya yang cewek.

Bagaimana tidak, Dewa Langit Kuncoro adalah cowok terpopuler dikalangan anak kelas III sekaligus disekolahku, SMU Adi Luhur 10. Kapten Tim Basket cowok dan mantan ketua OSIS. Dimata kaum hawa, Dewa adalah satu paket utuh. Cakep, gaul, tubuh proporsional, pintar, dan satu, punya mobil sendiri karena dia anak orang kaya.

Sedangkan aku, Keiko, hanyalah gadis yang…hah..aku hanyalah seorang Keiko.Tak ada yang bisa kubanggakan dari diriku. Selain…aku selalu juara 1 dikelas, dan hanya seorang pengurus Perpustakaan Sekolah. Hei, tapi aku bisa memainkan beberapa alat musik, Gitar dan Piano yang kupelajari secara otodidak. Ayah ku bilang itu adalah bakat alami dan kelebihan yang tak semua orang miliki. Itu artinya aku ini orang hebat. Dan itulah satu kelebihanku selain sering memuji diriku sendiri.

Namun itulah yang diinginkan Dewa. Ia tak menyukai kepopuleran yang selalu mengikuti hari-harinya. Namun karena keputusan itu, disekalah malah aku yang populer. Itu sekarang, bukan di awal-awal hubungan kami. Betapa susahnya aku bernapas saat itu. Sastra menyatakan cintanya saat acara Ulang Tahun Sekolah yang ke 23 berlangsung. Ia didaulat sebagai Cowok Terpopuler lewat kuisioner yang disebar menjelang acara malam puncak Ulang Tahun sekolah. Dan aku, seperti biasa, terpilih menjadi cewek Ter-Kutu Buku. Betapa terkejutnya semua orang yang hadir saat itu. Dan aku masih ingat ketika dimintai memberi sepatah dua patah kata ia lalu dengan lantangnya mengatakan…

“Halo, makasih sudah mau memilih gue sebagai cowok Ter-Populer. Tapi apa gue sepopuler itu?, rasanya tidak sama sekali. Karena menurut gue cowok Populer itu seharusnya punya seorang pacar, yang tentunya cewek Populer juga. Gue nggak punya itu..tapi..malam ini, ditempat ini, gue akan memilih seorang cewek untuk gue jadikan pacar, biar tambah lengkap syaratnya…” kata Dewa yang langsung dapat sambutan meriah dari para kaum hawa. Pasti semuanya berharap menjadi cewek pilihan Dewa. Artinya mahkota cewek Ter-populer bakalan mereka sandang.

Saat itu aku dan Mona, sahabatku hanya saling berpandangan. Kami berdua satu sependapat saat itu, Dewa adalah cowok aneh. Dan juga cewek-cewek itu. Begitu pula pendapat Didit, sahabatku juga yang malam itu tak hadir.

“Tapi cewek yang gue pilih bukan sembarang cewek. Dia berbeda dari cewek lain, dia lebih suka menyendiri, dia tidak popular sama sekali, unik, sangat sederhana, dan itu membuat gue penasaran. Gue udah naksir sejak kelas 2, dan cewek ini sekarang ada diantara kita. Gue harap dia mau berdiri setelah namanya gue sebut…” suara Dewa membahana.

Mona kebelet pipis, dia pun ijin sebentar. Aku menawarkan diri untuk menemaninya tapi Mona melarang.

“……cewek yang gue maksud adalah…KEIKO!”. Mona yang kebelet pipis dan telah berdiri untuk pergi berhenti seketika dan berbalik menghadap kearah panggung tempat Dewa berdiri. Mungkin hanya Mona yang tidak memandangku. Tapi semua mata yang lain tertuju padaku, begitu pula Dewa. Aku pun berdiri, tak percaya…

“Kei…”, Mona lalu menegurku tapi mata kami tetap kearah panggung.

“Ya…”

“Keiko yang dimaksud cowok aneh itu…”

“Ya…”

“Cowok aneh itu…”

“Ya….”

“Keiko..elo..elo…”

“Mon…”

“Ya….”

“Dia memang cowok aneh…dan gue….”

Kami hanya mematung. Aku berharap bisa menghilang dari tempatku berdiri. Suara sumbang terdengar dari segala penjuru.

“Keiko, gue suka sama elo. Gue mau elo jadi pacar gue….” Kata Dewa kemudian dan turun dari panggung menuju kearah ku. Aku lalu memegang erat tangan Mona. Suara sumbang itu makin jelas terdengar.


To Be Continued...

0 komentar:

Posting Komentar