Love Do [Part 19]

Jam pulang sekolah Keiko menghindari Dewa. Ia sengaja mengirim SMS ke Dewa untuk pulang duluan karena ada yang harus dikerjakan di Perpustakaan. Bukannya dapat balasan "OK",malah Dewa menelponnya.
"mau ditemani..?"
"..ehh,nggak usah..ini masih lama.."
"..nggak apa-apa..aku temenin yah..malas banget nih pulang.."
Keiko menghela napas panjang mendengar suara Dewa yang lemas.
"kenapa nggak pengen pulang..??"
"..kirain kamu nggak akan nanya..nanti aku ceritain..mau ditunggu nya di parkiran,atau aku nemenin kamu di situ..?"
Keiko memandang isi perpustakaan,masih ada beberapa murid dan petugasnya.
"ya sudah..kesini aja,Wa'.."
"okeeee..!!!"
Keiko menghela napas lagi. Susah baginya menghindari Dewa.

Tak lama kemudian Dewa muncul dengan wajah lesunya. Keiko melihat itu dan langsung memberikan permen rasa Strawberry. Dewa tersenyum dan membuka kemasannya.
"Nggak ada syuting lagi..??" tanya Dewa seraya mengemut permennya.
"diam disitu.., kunyah permen nya, di enakin dulu perasaannya, baru ngomong lagi ada masalah apa sampe mukanya lemes gitu..ditolak siapa lagi..?" berondong Keiko datar.
Dewa bengong sejenak. Kemudian tertawa karena merasa lucu melihat Keiko yang sibuk mengatur beberapa buku tapi masih peduli padanya.
"aku bukannya ditolak..tapi aku lagi ogah-ogahan, gak semangat ngapa-ngapain karena pacar aku lagi ngambek hari ini..sepertinya dia punya masalah tapi nggak mau ngomong.."
Keiko berhenti dengan aktivitasnya mendengar itu. Ia langsung memandangi Dewa yang kini gantian sibuk memangku dagunya di meja seraya memainkan kunci mobil ditangannya.
"Lagi PMS ya, Kei..?" canda Dewa.
"..tau apa kamu soal PMS..?"
"..mantan pacar aku wanita kali, Kei.." jawab Dewa seenaknya. Keiko kembali melanjutkan aktivitasnya.
"..kenal sama mantan aku kan..??namanya Lana..si cewek populer itu yang model sampuulll..ouwcchh..." Dewa berhenti ngomel saat sebuah buku yang lumayan tebal mendarat diatas kepalanya.
"..bawelll..sudah ahh,sana pulang duluan aja..ganggu banget tau'.."
Dewa masih meringis dan langsung mencubit pipi Keiko.
"Dewaaaa'..sakiiittt..." Keiko menjerit sakit. Kemudian membekap sendiri mulutnya saat ia mendapati guru-guru pengurus perpus dan murid yang ada disekitar mereka memandanginya.
"..Biarin..aku lebih senang kamu marah-marah begini dari pada nyuekin aku seharian kayak tadi..udah nggak nanya aku sudah makan siang atau belum, malah suruh pulang duluan.." ngambek Dewa.
Keiko masih memegangi pipinya yang sakit.
"Aku lagi malas banget hari ini..iya,anggap aja aku lagi PMS.." suara Keiko meninggi. Dewa terdiam, wajahnya kembali serius. Keiko mengharapkan itu.
"...lagi pengen sendiri..mumet kepala habis ngeluarin semua isi otak mikirin skenario film..belum ujian sekolah nggak lama lagi..belum mikirin tugas-tugas perpustakaan yang terbengkalai gara-gara harus nemenin kamu terus..capek dengan keadaan ini, capek dengan hubungan yang nggak jelas ini..lagi butuh ruang buat sendiri.." kata Keiko tanpa memandangi Dewa.
Keiko merasa canggung ketika Dewa tak bereaksi dengan rentetan protesnya dan merasakan mata Dewa memandanginya. Ada keheningan yang membuat Keiko gerah.
Keiko memberanikan memandangi Dewa yang masih diam, namun matanya kemudian beralih ke sosok yang kini ada di belakang Dewa, Lana. Sejak kapan wanita cantik itu berdiri disana, pikir Keiko.
Lana mengernyitkan dahinya memandangi Keiko. Keiko tahu, Lana mendengar semuanya tadi. Kini Keiko kembali  mengalihkan tatapannya ke Dewa. Yang dipandangi sedang memamerkan tatapan tajamnya.
Keiko tak sanggup memandangi Dewa dengan tatapan itu. Ia tahu, Dewa sedang marah.
"..kita anggap aja kamu memang lagi PMS..aku pulang.." kata Dewa dan beranjak. Berhenti sebentar saat melihat Lana berdiri dibelakangnya.
"..ada apa..?" tanya Dewa. Lana tergagap.
"..soaaal..soal rencana beli kado buat Galuh,ituuu..." lalu ia pun berseru karena panik.
"ya sudah, hunting nya bareng aja..sekarang..." kata Dewa dan beranjak. Lana dan Keiko saling berpandangan. Lana mencibir dengan senyum sinisnya dan Keiko menghela napas sesaat setelah Lana pergi.
Keiko pun menyandarkan pipinya diatas tumpukan buku.
"Maaf,Dewaaaa'.." desahnya menyesali perkataannya sendiri.
Tapi ini cara terbaik biar dia bisa kembali berjalan diatas pijakan yang sebenarnya. Bukan seperti kemarin dengan mimpi-mimpi yang tanpa sadar dibangunnya secara perlahan.
--------------------------------------

Lana melirik kearah Dewa yang hanya diam sejak tadi. Lelaki itu hanya fokus menyetir. Tampak sekali kalau dia sedang marah.
"..menurut lu kado yang cocok buat Galuh apaan yah,Wa'..??" Lana mencoba memecah suasana.
"..kesepakatan semalam apa..??" Dewa menjawab.
"..anak-anak sih bilangnya beliin jaket kulit aja.."
"..ya sudah,itu aja..biar gak lama kelilingnya.."
Lana menoleh ke Dewa.
"..gue bukannya mau ikut campur loh..tapi gue rasa ada yang aneh dengan hubungan lo dan Keiko.." Lana akhirnya tak tahan untuk berkomentar tentang kejadian di perpustakaan tadi.
"..aneh gimana.,.?" ucapnya dingin.
"..Dewa'..gue dengar loh kata-kata terakhir Keiko tentang hubungan kalian yang tidak jelas..maksudnya apa..??hubungan kalian cuma sandiwara gitu..?"
Dewa diam. Ia melirik ke Lana. Di pikiran Dewa, kak Romi pasti sudah memberitahu Lana tentang hubungan nya dengan Keiko yang cuma sandiwara itu. Seingatnya, kak Romi sudah mengetahui tentang rahasia ini, juga mengingat Lana adalah sepupu dari kak Romi.
"..sok tau.." cibir Dewa getir. Pikirannya kacau.
"..soalnya omongan Keiko sadis banget tadi..gak pantas buat disampein ke kamu..emang dia siapa..??sok penting banget gue rasa.." kata Lana sinis.
"..gak usah ikut campur..kita emang sering begini..ini yang bikin hubungan gue sm dia awet..bentuk peduli nya Keiko mmg seperti ini, bikin gue marah dulu sama kesalahan gue sendiri, biar gue mikir buat merubah sifat jelek gue.." Dewa membela diri. Namun surprise dengan jawaban yang keluar dari mulutnya barusan. 
Ada benarnya omongan Keiko tadi. Harusnya reaksinya bukan seperti ini, langsung pergi dengan membawa rasa marah. Tapi entah kenapa kalimat Keiko tadi terdengar menyakitkan. Dewa tersenyum pahit.
-------------------------------------------------------

Malam minggu begini restoran Ayah Dibyo selalu ramai. Dan Keiko bersyukur karenanya ia bisa lupa sejenak kalau disekolah tadi ia harus banyak menyeka matanya yang perih.
Keiko membantu ayahnya melayani tamu. Ini pertama kalinya ia memakai seragam waitress resto nya. Dengan cekatan Keiko melayani pelanggan, kesana kemari membawa pesanan dan membersihkan meja yang baru ditinggalkan pelanggan resto. Ayah Dibyo heran sendiri. Biasanya malam minggu begini pasti Keiko ada acara diluar bareng Dewa atau teman-temannya. Tapi kali ini sejak pulang sekolah Keiko sudah muncul di resto. Ada yang aneh, pikir ayah Dibyo. 

"nggak ada acara diluar,Kei...??" dan ayah Dibyo pun mulai mempertanyakan keanehan Keiko yang membuatnya khawatir sejak tadi. Keiko yang lagi serius mengetik ulang pesanan pelanggan di monitor komputer hanya melirik sebentar ke ayahnya.
"emang lagi nggak ada acara kok, yah.. dari pada Keiko dirumah..kebetulan syuting film indie nya juga sudah kelar dan script nya nggak ada yang dirubah jadi Keiko bisa bantu-bantu disini.." gumam Keiko cuek.
"..gak ada pertandingan basket nya Dewa,,?.,biasanya malam minggu kamu nonton dia tanding.."
"..ujian sekolah gak lama lagi,Yah..kegiatan ekskul dihentikan dulu.."
"..owww..ya sudah, ..ayah pikir kamu sama Dewa ada masalah..ayah ke mini market dulu..pengen beli buah..mau nitip,Kei...?" 
Keiko menggeleng. Masih sibuk. Namun segera berbalik memanggil nama ayahnya. 
"..nitip Strawberry,Yah...!!" dan Ayah Dibyo tersenyum seperti tahu maksud Keiko memesan Strawberry.
Keiko mencoba tersenyum. Pelan-pelan ia merogoh kantong celana nya dan mengambil ponselnya. Tak ada SMS atau panggilan dari Dewa seperti biasanya. Semarah apa Dewa ia tahu. Jadi tak perlu berharap lagi, Kei..!, desahnya dan kembali lanjut melayani pelanggan resto.
-----------------------------------------------------------

Suara musik yang memekakkan telinga membuat Dewa memilih keluar dari ruangan tempat birthday party temannya digelar. Ada rasa bosan menyelimuti perasaannya. Dia memandangi ponsel ditangannya. Ia tersenyum getir. Sejak tadi ia mengharapkan ada SMS yang isinya "Wa'..ayo bertemu, ayo ngobrol..kita selesaikan masalah ini berdua.." tapi tak ada. Nihil. Atau harus kah dia yang mengirim SMS tersebut ke cewek yang beberapa saat yang lalu merubah rasa marahnya jadi rasa rindu yang meresahkan mood nya ?.
Tapi Dewa menahan diri. Ia menggeleng. Tak yakin Keiko sedang berpikir hal yang sama dengannya. Harus ada ruang untuk masalah ini, pikir Dewa. Mungkin lebih baik untuk Keiko. Meskipun ia belum mau berhenti memperjuangkan perasaannya yang mulai tumbuh untuk Kei. Dan Dewa mulai memencet keypad ponselnya.

"mgkn sy harus blajar mgendalix emosi sy dgn mberi ruang buat kita sejenak,Kei..entahlah..apa nama masalah yg kita hadapi ini,.dn ini mbuat sy lebih sinting dri biasax krn bingung hrus mnyelesaix ny bgaimana..tapi,,,ayo bpisah sebentar,Kei..mgkn akan jauh lebih baik.."

Keiko kembali mengusap matanya yang perih dan mulai berkaca-kaca. Di ruang loker pegawai yg sepi ia membaca SMS dari Dewa. Isi SMS itu serasa melumpuhkannya. Ia mulai menyusut air mata di ujung matanya. Pipinya mulai basah. Kei mencoba tersenyum. Mengambil buah strawberry dan menggigitnya setengah bagian. Tak ada rasa manis yang dirasakannya, hanya rasa asam yang mendominasi rasa strawberry yang dikunyah nya sambil sesenggukan. 
"Bundaaaa...." bisiknya disela tangisnya.

0 komentar:

Posting Komentar