Love Do [Part 6]

”Baru pulang Kei...?”, tanya ayah Keiko saat melihat Keiko melintas didepannya. Ayah sedang menghitung duit, pemasukan usaha restoran beliau.
”Eh, ayah...maaf Kei nggak ngasih salam soalnya Kei capek nih, nggak enak badan..”
”Emangnya kamu dari mana lagi, abis nemenin Dewa?” tanya ayah dan diiyakan oleh Keiko.
”Ya sudah sana mandi dulu, kalau sudah selesai mandinya langsung makan, minum susu, minum obat trus istirahat, biar besok disekolahnya seger...”
”Oke boss!,” ujar Keiko seraya tersenyum ”oh iya, Kei ada berita bagus, om Riko mau ketemu dengan papanya Mona, ada lowongan diperusahaan om Riko, sepertinya papa Mona bakal diterima...”
”Bagus dong kalau begitu, Kei...biar Mona nya juga bisa lanjut sekolahnya..”
”Iya, rindu juga pengen lihat senyum Mona lagi,sudah seminggu nggak masuk sekolah dia. Ya udah, aku mandi dulu trus mau nelpon Mona sampein kabar gembira ini.” kata Keiko dan pergi menuju kamarnya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Keiko pun menghubungi Mona, sahabatnya sejak SMP dan memberitahukan kabar gembira ini. Mona sangat senang hingga terharu. Seusai menelepon, Keiko keluar kamar untuk makan malam, dan ia kedatangan tamu, rupanya kak Tomi, anak pak RT. Lelaki yang dekat dengan Keiko sejak kecil. Keiko sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri. Keiko pun diajak jalan jalan oleh kak Tomi keliling kompleks.
Sepulang berkeliling kompleks bersama kak Tomi, Keiko lalu beristirahat. Seraya berbaring ia melihat kearah jam tangannya, ia kembali bangun karena mengingat ponselnya yang tak dibawanya sewaktu ia dan kak Tomi keluar. Sudah menjadi kebiasaan Dewa setiap jam 9 malam akan mengirim SMS. Entah apa saja yang dikatakannya, mengingatkan hal-hal kecil tentang kegiatan mereka esok hari. Keiko capek juga harus menjadi Baby Sitter sekaligus Manager buat Dewa.
Dan benar saja, ia mendapatkan 2 panggilan tak terjawab dan 5 SMS dari Dewa. Buru-buru Keiko membaca pesan tersebut.
”udah nyampe dirmh blom?”

”Kok telp gw gak diangkat?”

”Ada orang g sih disitu??”

”Masih ngambek soal td sore?”

”y ud, maafin gw, besok jemptnya agak pagian, lo ada piket di perpus kan??

Keiko hanya menghela napas. Kepalanya agak pusing dan tenggorokannya sakit.
”Haaaccccciiiii...” Keiko bersin. Badannya mulai meriang. Rencana untuk membalas SMS Dewa batal. Keiko pun segera ke dapur mencari kotak obat.
Kebetulan didapur Keiko bertemu mbak Bian, asisten ayah yang sudah ikut mereka sejak ayah merintis restorannya. Oh iya,sampai lupa,nama restoran ayah adalah "Neko". Yang artinya "Kucing", diambil dari bahasa Jepang. Soalnya ayah suka banget sama kucing. Dirumah saja banyak kucing yang mondar-mandir. 
Dari mbak Bian Keiko mendapat obat flu. Saat kembali dari dapur Keiko terhenti sejenak saat melewati sebuah pigura besar, foto pernikahan ayah dan bunda.
Mata Keiko  berkaca-kaca melihat gambar bundanya. Sudah 3 tahun ia tak pernah melihat wajah bundanya lagi. Ada perasaan hancur dalam hatinya bila mengingat semua kenangan mengenai ia dan bundanya. Kepala Keiko makin sakit saja, tenggorokannya mulai perih.
Ia pun buru-buru kembali kekamar. Kenangan akan ia dan bundanya terbawa dalam mimpinya.
--------------------------------------------------------------------------------

 "Mbok????” suara teriakan Dewa yang baru keluar dari kamarnya membuat mamanya dan Lulu yang sedang sarapan dimeja makan bersamaan menoleh kearahnya.
”Kak Dewa sejak semalam teriak melulu, kata guru Lulu nggak boleh..” tegur Lulu. Dewa hanya tersenyum kecut dan duduk disebelah Lulu sembari mendaratkan ciuman singkat dipipi Lulu yang sudah menjadi kebiasaannya.
”Kok tahu kalau kakak sejak semalam teriak melulu, kan Lulu udah tidur sejak pulang dari pantai..”
Lulu yang sedang meminum segelas susunya hanya menggeleng.
”Lulu dengar kok waktu kak Keiko bertengkar dengan kakak di mobil. Waktu mbok gantiin baju dan ngasih minyak angin, Lulu juga dengar kakak teriak-teriak sendiri sambil nelpon. Kak Keiko lagi ngambek kan?”
Dewa hanya melirik ke Lulu seraya berdehem. Sekilas ia bertemu mata dengan mamanya. Hal yang beberapa hari ini dihindarinya. Sang mama hanya tersenyum tipis.
”Saya, den..” untungnya mbok datang dan menghampirinya.
”Eh, mbok...jaket yang semalam Lulu pake udah dikeringkan belum?” tanya Dewa.
”Seperti perintah aden, mbok udah masukin dimesin cuci dan sekarang udah kering. Mau dipulangin sekarang, toh?” tanya mbok dan dijawab Dewa dengan anggukan.
”Iya, bawa kesini, mbok, aku mau buru-buru ke sekolah, nih..” kata Dewa lagi dan segera menghabiskan roti isinya.
”Loh, ndak kerumah mbak Keiko dulu buat ngejemput? Biasanya kan aden sela..”
”Hari ini nggak, cewek aneh itu lagi ngambek. Cepetan mbok,...” Dewa memotong kalimat mbok Darmi.

Mbok pun segera berlalu. Sedangkan telinga Dewa menangkap suara cekikikan Lulu. Namun segera hilang saat Dewa mencubit sayang pipinya. Keduanya langsung bertukar senyuman.
”Mamaaaaa....” suara teriakan papanya dari lantai atas membuat wajah Dewa kembali tegang. Sang mama yang dipanggil hanya mendesah panjang. Ia memperhatikan wajah kedua putra dan putrinya secara bergantian. Dewa sudah tahu bahwa tak lama lagi akan ada perang dirumahnya.
Sepeninggal mamanya, Dewa hanya memainkan ponselnya. Keiko sama sekali tak membalas SMSnya. Dewa jadi tambah bete’.
”Kak, Lulu ikut ya sampai kesekolahan...” kata Lulu membuat Dewa menoleh kearahnya dan mengangguk.
”Eh, Lu..mama sama papa udah kasih selamat Ulang Tahun sama kamu belum?” tanya Dewa penasaran.
Lulu mengangguk, ”baru tadi pagi, mama yang bangunin Lulu trus ngasih sepatu baru, nih langsung Lulu pake’...cantik kan, Kak?” ujar Lulu seraya memamerkan sepatu barunya ke Dewa. Dewa menanggapi dengan sebuah anggukan.
”Papa? Ngasih apa?”, tanya Dewa kemudian.
Lulu menggeleng, ”belum, tapi kata mama, papa udah nyiapin buat aku sepeda baru, tapi aku harus milih sendiri..”
”Oh ya?, kakak yakin sepeda yang dijanjikan papa bakal terlambat sampai sebulan, mau taruhan?” ajak Dewa hingga membuat Lulu nampak berpikir.
”Ah, sudah..buruan kita berangkat sekarang, si mbok lama banget ambil jaketnya, mbokkkkkkkk....” kembali Dewa teriak seraya mengambil tas sekolahnya dan beranjak. Lulu pun bergegas menghabiskan susunya dan berlari menyusul kakaknya.
---------------------------------------------------------------------------------

 Sejak sampai diparkiran sekolah, Dewa mulai merasakan lehernya menegang. Soalnya ia harus berulang kali melintas didepan kelas Keiko dan keseluruh penjuru sekolah dimana biasanya Keiko sering nongkrong dan beraktifitas. Perpustakaan, Laboratorium, Kantin dan Studio Musik. Hingga ia bosan sendiri dan membuat Jimmy ikut pusing.
”Ini udah ke empat kalinya lo mondar mandir didepan kelas kayak tuan Takur..” tegur Jimmy.
”Sori, Jim..gue nyari Keiko, kok nggak muncul juga tuh anak, jangan-jangan dia nggak masuk nih hari...”
”Hehehe...lo udah benar-benar gila gara-gara Keiko. Baru sehari dia nggak muncul lo udah merasa kehilangan, gimana kalau kontraknya selesai...”
Mendengar itu Dewa kontan memandang Jimmy dengan tajam. Jimmy yang mengerti langsung memandang sekitar.
”Gue nggak akan maafin lo kalau ada yang mendengar apa yang barusan lo bilang tadi..” ancam Dewa.
”Sori, Men...” Jimmy menyesali sikapnya.
Dewa kembali mengalihkan pandangannya kearah kelas Keiko yang hanya berselang 2 kelas dari kelasnya. Ia juga mengalihkan pandangannya kearah gerbang sekolah.
”Di telfon aja kali, Wa'..” usul Jimmy.
”Udah, seribu kali malah, tapi dianya nggak angkat, malah nih hari ada latihan lagi...gue nggak bawa air mineral pula..” kata Dewa dengan cueknya.
Jimmy hanya menggeleng, tak menyangka kekhawatiran Dewa hanya karena ia ingin keiko mengurus perlengkapan latihannya. Jimmy tahu banget kalau mau latihan Dewa selalu mengandalkan Keiko mengurus segalanya. Mulai dari kaos basket untuk latihan, air mineral yang harus selalu dingin dan Keiko harus menitipkannya di kulkas kantin, juga merekam setiap gerakannya di Camcoder yang selalu ada dalam tas latihan Dewa’, kata Dewa sih itu penting banget buat menambah gerakan dan menganalisa ulang kalau-kalau gerakannya tak bagus. Dan lucunya, Keiko tak pernah menolak. Walaupun Jimmy tahu benar, untuk melakukan semua itu, Keiko harus mengorbankan kegiatannya sendiri. Tapi Jimmy juga tahu kalau Dewa dan Keiko mulai menikmati kedekatan mereka yang hanya berlangsung selama 1 semester. Entah apa yang akan terjadi setelah kelulusan nanti.
---------------------------------------------------------------------------

”Nah, masuk juga tuh cewek aneh...” Dewa maju selangkah saat matanya mendapati Keiko datang kesekolah. Keiko diantar oleh ayahnya. Keiko nampak melambaikan tangannya dan berjalan masuk ke halaman sekolah.
”Pucat, Wa'...sakit kali, dia..” Dewa setuju dengan omongan Jimmy. Keiko terlihat pucat. Keiko juga terlihat menutupi mulut dan hidungnya dengan saputangan. Kemudian bersin. Kemudian mengusap hidungnya dan memijit-mijit keningnya.
”Ya ampun, gue baru ingat..kemarin gue ajak dia kepantai, pasti kena flu..” Dewa baru menyadarinya.
”Ya udah, nanti kalau istirahat lo kekelasnya trus nemenin dia, jangan dia aja yang nemenin lo...” kata Jimmy dan Dewa mengangguk keras.

Keiko tak henti-hentinya bersin dalam kelas. Mengundang reaksi dari teman-teman kelasnya, tapi reaksi yang baik. Semuanya nampak care padanya. Mona, teman sebangkunya yang kembali masuk sekolah lagi, pun hanya menatap iba. Untungnya jam pertama mereka adalah Olahraga dan kali ini hanya Teori. Untungnya juga, guru Olahraga mereka hanya meninggalkan tugas kelompok tentang Sejarah munculnya, Sepakbola, Basket, Atletik, Bulutangkis dan Tinju. Dan untungnya lagi ia satu kelompok dengan Didit yang emang hobi belajar Sejarah. Tapi entah kenapa saat kebagian mencari Sejarah Tinju ia jadi malas-malasan. Hihihi....!
Kini Keiko hanya menyandarkan pipinya diatas tasnya seraya ngobrol dengan Mona mengenai karir papanya yang akan kembali pulih sejak hari ini dan Mona tak henti-hentinya berterima kasih pada Keiko yang tulus membantunya.
”Eh, nggak mau kekantin?, udah istirahat loh, atau mau nitip sarapan?, gue beliin teh hangat, ya?” tanya Mona. Tapi Keiko hanya tersenyum dan memejamkan matanya sebentar tanda Mona tak perlu repot-repot.
”Gue udah sarapan dirumah, malah bawa bekal makan siang, kok. Gue nggak suka minum teh, Mon...lo aja yang pergi. Kepala gue agak berat...” kata Keiko masih menumpu sebelah pipinya diatas tas.
”Eh, Mon, tolong kalau bisa singgah dikelas Dewa, bilang hari ini gue nggak bisa nemenin dia kekantin...jelasin keadaan gue, ya?” ujar Keiko tapi Mona malah mengabaikannya karena ia melihat Dewa sedang menuju kearah mereka. Dan itu mengundang perhatian beberapa murid yang ada dalam kelas karena Dewa datang dengan membawa cardigan merah milik Keiko.  Keiko yang melihat Mona cuek dengan kata-katanya langsung mengangkat kepalanya dan tersentak mendapati Dewa sedang berdiri didepan mejanya. Keiko pun ikut berdiri, walaupun ia hampir limbung karena sekuat tenaga menahan sakit dikepalanya.
Dewa melihat mata Keiko agak memerah, begitu pula hidungnya. Keiko tersenyum bahagia dalam hati karena dalam keadaan hidungnya yang tersumbat ia masih bisa menghirup wangi tubuh Dewa. Dewa tahu kalau Keiko memakai minyak telon dan ia mulai mual menciumnya, ia lebih menyukai bau Nasi Goreng Ikan Asin kesukaan Keiko daripada bau minyak telon yang baunya kini membuat hidungnya sakit.
”Eh, Dewa...aku baru mau kekelas kamu..” Keiko mengutuk dirinya karena harus berbohong. Mona hanya tersenyum mendengarnya.
”Sori nggak balas SMSnya, soalnya sampai rumah aku langsung ketiduran,” sekali lagi Keiko berbohong.
”Gimana kabar Lulu, langsung digosok minyak angin sama mbok Darmi, kan?” kali ini Keiko tak berbohong. Dewa hanya tersenyum dan langsung memakaikan cardigan merah itu ketubuh Keiko. Keiko hanya menurut dan sekali lagi menikmati wangi tubuh Dewa lewat hidungnya yang tersumbat. Ini pun kembali mengundang perhatian beberapa orang dikelas.
”Kamu masih sempat mengkhawatirkan Lulu sementara kamu sedang  sakit. Lulu baik-baik aja, kok.”
Setelah selesai memakaikan cardigan, Dewa langsung menyentuh kening Keiko. Memang panas, pikirnya.

Keiko hanya mengangguk ketika Dewa mulai menyerangnya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang sarapannya.
”Kamu punya obat, kan?” tanya Dewa lagi.
”Hanya untuk penurun panas dan flu saja...” kata Keiko lirih karena hidungnya gatal.
”Hacciiiii....” bersin Keiko membuat Dewa tersenyum dan mengusap kepala Keiko.
”ya sudah, hari ini kamu istirahat aja dikelas, jangan kemana-mana dan jangan beraktifitas, kalau butuh sesuatu hubungi aku aja,...jangan bawel...” kalimat terakhir Dewa tadi diucapkan sambil mengelus pipi Keiko. Keiko tahu kalau hal itu dilakukan Dewa karena beberapa murid mulai berdatangan karena tak lama lagi lonceng masuk akan berbunyi.
”Gue titip Keiko ya, Mon...kalau butuh apa-apa kekelas gue aja...” kata Dewa ke Mona dan Mona menyangupinya.
Dewa pun berlalu dari kelasnya dan Keiko hanya berbagi senyum kebeberapa murid yang memandanginya, menyiratkan betapa beruntungnya Keiko memiliki pacar seperti Dewa, cowok Terpopuler disekolah ini.

Dewa pun tak cemas lagi, ia mulai menyibukkan diri dengan latihan tanpa ada Keiko yang mengurus peralatan latihan seperti biasanya. Saat Dewa sedang berebut bola dengan teman-temannya, matanya menangkap Keiko yang sedang berjalan kearah perpustakaan. Dewa hanya berdiri mematung dan bola ditangannya dirampas begitu saja tanpa perlawanan. Dia baru ingat kalau Keiko hari ini piket diPerpustakaan. Dewa langsung berhenti latihan dan memilih duduk dipinggir lapangan seraya matanya mengikuti sosok Keiko yang hilang saat masuk ke Perpustakaan.
”Hmmm...apalagi sekarang...” tanya Jimmy yang mendapati Dewa sedang memandang kearah Perpustakaan.
Dewa hanya mengeleng seraya mengusap keringatnya. Hari ini cuaca sangat panas.
”Gue rasa ada yang nggak beres sama diri lo menyangkut Keiko..”
”Eh,Jim, sekarang apalagi persepsi lo tentang hal ini? Bahwa gue diam-diam menyukai Keiko... dan ..”
”Hei-hei, barusan yang ngomong diam-diam menyukai Keiko bukan gue, ya...” Jimmy memotong kalimat Dewa. Dewa hanya tersenyum dan menonjok lengan Jimmy.
”Gue hanya nggak menyangka kalau Keiko akan sangat berpengaruh dikehidupan gue. Gue selalu dibuat pusing dan penasaran kalau menyangkut cewek aneh itu. Mungkin lo mengira kalau gue pusing karena Keiko sakit dan dia nggak bisa ngatur peralatan latihan gue hari ini. Tadinya gue berharap hal itulah yang membuat gue pusing. Tapi ternyata bukan itu...” ujar Dewa dan menunduk, memainkan kakinya.
”Gue benar-benar khawatir dengan keadaan Keiko, Jim,” aku Dewa lirih.
”Dia sakit kayak gini karena gue..gue terlalu banyak meminta tanpa memperdulikan kalau dia itu hanya perempuan..”
”Lo mau bilang kalau lo udah buat Keiko terlihat seperti babu..?”
”Hei, itu terlalu kasar, Jim. Bukan itu, mungkin karena sejak kecil ia diajarkan mandiri, sedangkan gue, cowok cengeng yang penakut..gue mengakui kalau gue memang manja”
”Hahhh.....berat, Men. Inilah yang akan terjadi kalau lo salah nunjuk cewek di Prom, seandainya lo milih cewek yang lebih kutu buku, seperti Menik, mungkin...” kata Jimmy bercanda membuat Dewa tertawa lebar mengingat Menik, si Super Kutu Buku yang pakai kawat Gigi dan Kaca Mata Botolnya.
”Sinting lo, Jim, dia parah banget, walaupun Keiko masih lebih aneh tapi gue rasa Lana nggak akan bertingkah kalau emang gue milih Menik saat itu...”
”Hehe...iya juga, sih. Lana kayaknya pusing tuh lihat lo dan Keiko sekarang  menduduki tangga pertama setelah hampir 2 tahun kita semua bosan ngelihat nama lo dan Lana yang menghiasi Mading sebagai pasangan Populer,”
Dewa mengiyakan hal itu namun kemudian terdiam dan memandang kearah perpustakaan.
”Tapi sampai sekarang Keiko masih terlalu misterius buat gue, Jim. Gue tahu pasti kalau cewek aneh itu menyimpan banyak rahasia yang tidak ingin dia bagi dengan gue. Mungkin gue egois, tapi apapun yang terjadi dalam kehidupan gue selalu gue bagi dengan dia. Gue takut saat bertanya tentang hal ini Keiko akan menghindar...”
Jimmy lalu menepuk pundak Dewa dan berdiri.
”Dewa sahabat gue, lo harus ke psikiater deh, omongan lo semua hari ini hanya diucapkan oleh seorang cowok yang sedang jatuh cinta dan gue yakin lo sedang jatuh cinta dengan cewek aneh yang bernama Keiko itu...” kata Jimmy membuat Dewa melayangkan tinjunya ke paha Jimmy. Jimmy hanya tertawa dan kembali bergabung dengan temannya dilapangan basket.
Dewa mengindahkan apa yang ada dihati dan pikirannya saat ini tentang jatuh cinta, walaupun sebenarnya ia ingin berdamai dengan hatinya dan mengakui hal itu, bahwa diam-diam ia mulai menyukai Keiko.
Sayangnya, keinginan berdamai itu tergantikan oleh kekesalannya karena Keiko tak mengindahkan nasehatnya untuk tidak beraktifitas dalam keadaan sakit. Ia berpikir harus menghukum Keiko karena telah melanggar perintahnya.

0 komentar:

Posting Komentar