Love Do [Part 7]

Jam dinding Perpustakaan menunjukkan pukul 1.30, artinya 30 menit lagi  waktunya pulang sekolah.
Keiko buru-buru kembali kekelas dan memeriksa ponselnya yang sengaja tak dibawanya.
Ia mengira Dewa akan menghubunginya. Sejak tadi Dewa tak muncul dikelas.
”Darimana, Mon..?” tanya Keiko.
”Dari Kantin. Lo sendiri dari mana? Tadi gue lihat lo duluan masuk kelas, kan lo dilarang kemana-mana sama Dewa. Ntar dianya marah loh...”
”Dari Perpustakaan, Mon..bosan dikelas melulu..” jawab Keiko enteng. Mona menatap curiga dengan sikap Keiko yang banyak menerawang. Mona pun menghela napas dan mencoba mencari tahu penyebabnya.
”Gue rasa bukan karena masuk angin lo jadi sakit begini” ujar Mona membuat Keiko tersenyum karena Mona bisa tahu tanpa ia harus menceritakan alasan ia nampak banyak berdiam diri.
”Apa lo lagi ada masalah dengan Dewa?”
”Enggak ada masalah dengan Dewa, semuanya baik-baik saja, kecuali moodnya yang berubah tiap menit..”
”Lalu..?”
”Mon, gue mimpi ketemu almarhum bunda semalam. Mimpi buruk,Mon..” Keiko mulai bercerita.
Mona pun duduk untuk mendengar cerita Keiko.
”gue masih dihantui perasaan bersalah..”
”Kei..itu sudah 3 tahun yang lalu..harusnya lo sudah bisa mengikhlaskan beliau”
”sudah Mon,sudah..tapi perasaan bersalah itu masih sering mengganggu gue. Apalagi besok acara pengajian 3 tahun meninggalnya mama di rumah..rasanya nggak sanggup..”
”Kei..sudah dehh..harusnya lo lebih banyak ngirim doa..”
”..gue bukan anak yang berbakti,Mon..gue anak durhaka..”
”..sudahlah,Kei..rasa bersalah dan kehilangan itu benar-benar akan terasa kalau orang itu sudah meninggalkan kita..cukup dengan mengikhlaskannya saja,beliau pasti sudah senang dan tenang disana..jangan menyiksa diri lagi,Kei..”
Mata Kei tampak berkaca-kaca. Ia membenamkan wajahnya di atas tasnya. Mona hanya mengusap kepala sahabatnya itu.

Saat pelajaran kedua berlangsung, Kei melirik ke ponselnya,tak ada SMS bahkan telfon dari Dewa. Keiko mulai berpikir. Apa Dewa memang sengaja tidak ingin mengganggunya karena keadaannya sekarang atau Dewa memang lupa,kalau sebelum lonceng pulang,ia akan mengirim pesan kalau ia menunggu Kei diparkiran.
Lonceng pulang berbunyi. Keiko buru-buru membereskan mejanya. Ia lalu mengirim pesan ke ponsel Dewa.

”..lagi dimana,Wa’..?”

5 menit menunggu,tak ada balasan. Keiko memutuskan untuk menghubungi Dewa. Tak diangkat. Keiko menoleh kearah kelas Dewa, beberapa murid masih keluar masuk. Mungkin sedang ada pelajaran tambahan,pikir Keiko.
Keiko duduk-duduk di bangku depan kelasnya. Sudah 10 menit ia tak melihat Dewa muncul. Keiko pun memutuskan ke kelas Dewa.
Keiko menggigit bibirnya,melihat kelas Dewa ternyata sudah kosong. Keiko memandang sekitar,hanya beberapa murid kelas 1 dan 2 yang sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang berkeliaran dan beberapa guru yang sedang menunggu jemputan.
Keiko panik. Ia berusaha menghubungi ponsel Dewa lagi. Masih tak ada jawaban. Sakit dikepalanya muncul lagi. Ia tak berhenti bersin. Keiko pun menghubungi ponsel Jimmy.
”..eh,Kei..knapa lo..?”
”..lo nggak bareng Dewa..?”
”..enggak tuh,Kei..gue pulang duluan tadi..bukannya lo bareng sama dia tiap hari..?”
”..harusnya sih gitu,Jim..tapi ini nggak ada. Ponsel nya aktif cuma nggak diangkat-angkat dari tadi gue nelfon..”
”..tadi sebelum pulang,gue liat dia buru-buru kearah perpustakaan. Kirain mau samperin lo disana..”
Keiko lalu menoleh kearah perpustakaan. Ia memang melihat pintu perpustakaan belum tutup.
”oke deh,Jim,.makasih ya..gue coba cek di perpus dulu..”
Ujar Keiko mengakhiri perbincangannya bersama Jimmy. Keiko melangkahkan kakinya kearah perpustakaan. Disana ia mendapati Dewa sedang duduk dan menulis,seperti meyalin sesuatu.
”Wa’..” tegur Keiko.
Dewa hanya menoleh sekilas dan melanjutkan menulisnya. Keiko mengernyitkan dahinya melihat buku piket yang sedang di pegang Dewa.
”ngapain nyalin jadwal piket jaga gue..?” Keiko menegur. Dewa lalu berdiri dan menutup buku jadwal piket dan beranjak dari meja bacanya.
”Yukk..pulang” ujar Dewa dan berjalan mendahului Keiko.
”jelasin dulu,,kenapa lo nyalin jadwal piket gue..??”
Dewa berhenti dan memandang sekitar. Hanya ada ibu Merlin, penjaga Perpustakaan di meja administrasi,cukup jauh tuk mendengar pembicaraan keduanya.
”..cuma buat pegangan saja,kapan lo harus piket,biar gue tau lo kapan bohongnya..”
Keiko mengernyitkan dahi mendengar kata-kata Dewa.
”Maksud lo,..kapan gue bohong tentang apa..??”
”..hari ini lo cuman piket pagi,dan itu sudah digantikan sama siswa lain,tapi kenapa tadi siang lo harus jaga disini lagi saat gue nyuruh lo untuk tidak kemana-mana karena sakit..dengan ini,gue bisa tau kapan lo bohong dong..”
Keiko terdiam. Tapi dari matanya tersirat rasa marah. Dewa melihat itu. Keiko lalu beranjak. Dewa yang punya niat cuma mau tahu jadwal piket Keiko dan pura-pura mengerjainya langsung lemas melihatnya.
”Kei...Keiko..” Dewa mengejar Keiko.
Keiko makin mempercepat langkahnya. Kepalanya mulai sakit lagi. Tapi ia tak mau memperdulikan Dewa yang mengikutinya dari belakang.
”Hey,dengar penjelasan gue dulu..tadi itu buat becandaan doang kok,Kei..”
Keiko masih tak peduli,ia berlari-lari kecil. Dewa akhirnya meraih tangan Keiko membuat Keiko berhenti dan berbalik kearah Dewa. Keiko sedikit limbung karena pandangannya seketika gelap,mungkin karena sakitnya.
Dewa melihat itu dan buru-buru memegang kedua lengan Keiko biar Keiko nya tak jatuh.
”Hey..nggak apa-apa,Kei..??..masih pusing yah..?”
”Gue mau pulang...” Keiko merontak.
”Oke..gue antar ya..ayok..kita pulang..”
Keiko tak lagi berontak. Dewa merangkul pundak Keiko untuk memapahnya ke tempat mobil Dewa diparkir.

Didalam mobil, Keiko lalu bersandar seraya memejamkan matanya. Dewa menggaruk sendiri kepalanya karena bingung harus bicara apa.
”Kei..sakit banget yak..??..mau ke..lo mau ke rumah sakit..?” Dewa gagap.
Keiko menggelengkan kepala.
”Gue mau pulang..” kata Keiko masih dengan marahnya.
”Kei, gue minta maaf soal ta...”
”gue mau pulang...” Keiko memotong kalimat Dewa.
”..dengar gue ngomong dulu..” Dewa tak mau kalah.
Sekali ini Keiko diam,ia membalikkan badannya. Dewa mengatur nafasnya dan berbalik kedepan.
”Oke..gue antar lu pulang..pake seat belt nya...” kata Dewa dan Keiko menurut memasang seatbelt nya.
Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Keiko sesekali bersin. Dewa hanya melirik dan tak mau peduli.
Sesampai depan rumahnya, Keiko langsung turun tanpa bicara apa-apa. Dewa tau kalau kali ini Keiko sangat marah. Dan Dewa sadar,ia memang salah.

Keiko demam. Mbak Bian merawatnya. Dikamar Keiko hanya berbaring. Ia melirik jam dindingnya.
”Malam ini tidurnya harus cepat,Kei..biar bisa bangun subuh..nanti mbak bangunkan kamu..mandi subuh biar segar..” kata mbak Bian sesaat sebelum keluar dari kamar Keiko.
”iya,mbak..makasih..” ucap Keiko.
Sebelum memejamkan matanya,Keiko melirik ke ponselnya. Mengambil lalu melihat tak ada SMS disana. Padahal ini sudah jam 9. Jam ronda nya Dewa.
Keiko manyun sendiri. Tapi lalu menaruh kembali ponselnya dan tidur. Ngapain juga masih mikirin cowok aneh itu,setelah tadi siang dengan lancangnya menuduh yang tidak-tidak dan mengatur gue,batin Kei kesal. Sudah seperti pacar beneran saja dia.
 ----------------------------------------------------------------------

Ditempat lain, Dewa duduk depan TV menemani Lulu nonton. Matanya bukan kearah TV,tapi ke arah jam dinding.
Dewa benar-benar dibuat resah dengan kekhawatirannya sendiri. Rasanya ingin menghubungi Keiko dan mendengar kabar kalo keadaannya sudah membaik. Tapi selalu saja ia mengurungkan niatnya karena takut Keiko marah lagi. Argghhh...si Ikan Asin itu kalau marah memang bikin gregetan,pikirnya.
Dewa menuju kamarnya dan menyalakan komputernya. Buka facebook dan melihat beberapa notifikasinya. Dewa menatap lama tulisan ”Dewa Langit in relationship with Keiko Dibyo”.
Itu semua bagian dari drama ini. Dewa pun membuka facebook Keiko.
Matanya membesar melihat seseorang bernama Tomi Aryadi menulis di wall Keiko .

”Cepat sembuh neng.. :)”

Dewa mengernyitkan dahi. Pikirannya makin kacau. Ia pun bergegas mengambil jaketnya dan pergi kerumah Keiko.
Sesampai dirumah Keiko yang terlihat ramai,Dewa disambut oleh mbak Bian.
”..rumah kok ramai,mbak..?”
”iya nih,Wa’..bsok malam ada pengajian..mengenang 3 tahun meninggalnya bundanya Keiko..adi keluarga pada datang semua..Kei nggak cerita..?”
Dewa hanya menggeleng.
”Ya sudah,ayok masuk..”
Dewa hanya memamerkan senyumnya ketika diruang tengah bertemu muka dengan beberapa orang. Tapi tidak dengan pak Dibyo. Wajah Dewa lalu tegang. Pasti Keiko cerita sama ayahnya. Terbukti pak Dibyo malah cuek.
Dewa pun mendekat kearah pak Dibyo yang sedang membantu menyusun bingkisan buat acara besok.
”Malam om..”
”Malam,Dewa..apa yang bikin kamu datang kesini..,?”
”Aku pengen tahu kabar,Keiko,om..” ujar Dewa. Pak Dibyo melirik Dewa. Ia menemukan ketulusan dibalik kata-kata Dewa barusan.
”Kei sudah tidur..demamnya sejak sore tadi tinggi..baru saja masuk kamar untuk istirahat..”
Dewa hanya mengangguk.
”..maafkan Dewa,om..ini gara-gara Kei harus menemani saya...”
”Om tidak pernah mau mencampuri urusan kalian berdua..tapi om Cuma sarankan,jadilah pendengar yang baik buatnya. Keiko memang seperti ini setiap diadakan acara pengajian buat bundanya. Dia mudah emosi dan mood nya tak stabil. Dia bakal lebih banyak menyendiri. Lebih banyak diam dan berpikir, banhkan lebih banyak nangis.”
Dewa tak mengerti arah pembicaraan pak Dibyo.
”..kamu nggak akan mengerti,Wa’..yang jelas..om minta kamu bersabar menghadapi dia saat ini. Ikuti saja maunya...biarkan Kei menyendiri dulu..oh iya,jangan lupa,pastikan dia pulang sama kamu,dan ada dirumah sebelum jam 2..biasanya ia tak pulang dan tidak menghadiri pengajian ini karena banyak alasan..padahal ini untuk bundanya juga..”
Dewa mengangguk. Inilah yang membuat Dewa selalu merasa ada yang disembunyikan Keiko. Keiko begitu misterius buatnya. Dewa tak langsung pulang. Ia membantu beberapa hal malam itu. Termasuk menitipkan sesuatu pada mbak Bian sebelum pulang.
------------------------------------------------------------------

Paginya,setelah mandi,Keiko lalu menuju ke ruang makan. Betemu beberapa keluarganya. Keiko menyantap sarapannya dan lebih banyak diam.
”..bukannya lagi sakit, Kei..??kok pake seragam sekolah..?” tanya salah satu keluarganya.
”..lebih enakan,tante..hari ini juga Kei ada latihan musik..” jawab Keiko.
”..kalau bisa suruh Dewa ngantar kamu pulang sebelum jam 2..” kata pak Dibyo. Keiko tak menjawab. Ia terlihat cuek.
”oh iya,ngomong-ngomong soal Dewa,semalam dia kesini,trus nitip ini buat tuan putri Keiko...” ujar mbak Bian dan menyerahkan setangkai bunga Matahari kearah Keiko. Pipi Keiko seketika bersemu merah. Pak Dibyo melihat itu. Keiko mengalihkan wajahnya memandangi para keluarganya yang tersenyum menggoda.
”..katanya semoga tuan putri cepat sembuh dan mau memaafkan dia lagi..” lanjut mbak Bian.
Keiko memandangi bunga matahari itu dan melirik kearah ayahnya.
”nanti ayah marahi dia lagi sudah berani cabut bunga matahari ditaman kita..” kata pak Dibyo yang tau arti tatapan Keiko tadi. Bunga itu bunga kesukaan ia dan pak Dibyo. Mereka merawatnya di samping rumah. Dan bunga ini juga adalah bunga kesukaan bunda.Keiko lalu mengambilnya.
”Keiko siap-siap mau kesekolah dulu..” kata Keiko dan menuju kekamarnya. Pak Dibyo hanya tersenyum melihat semu merah diwajah putrinya.
Dikamar,bukannya menyiapkan tas dan sebagainya, Keiko malah memandangi bunga matahari pemberian Dewa. Ini pertama kalinya ada yang memberikannya bunga. Entah mau senang apa sedih,tapi mata Keiko berkaca-kaca. Ia kembali teringat bundanya. Bergegas ia menyambar jaket dan tas sekolahnya. Ada yang harus ia lakukan hari ini. Seperti tahun-tahun kemarin.
 -----------------------------------------------------------------

Di kelasnya Dewa nampak tak konsentrasi belajar. Ia terus memandangi jam tangannya. Sudah jam 9. Tadinya ia memang berniat tak mengganggu Keiko dulu hari ini,tapi keinginannya untuk bertemu sangat besar. Cuma mau minta maaf dan mengikuti saran pak Dibyo. Jam Istirahat Dewa tak bisa kekelas Keiko karena harus bersiap-siap masuk Laboratorium. Namun ia sempat mengirim SMS. Dan isinya membuat Dewa menertawakan dirinya sendiri telah mengirim kata-kata aneh buat Keiko.

”gw rindu sama senyum lo,ikan asin”

Terlanjur terkirim. Dewa menepuk jidatnya sendiri.

Istirahat kedua,Dewa tak tahan lagi dan segera menuju kelas keiko. Tapi ia hanya melihat Mona dan Didit,bangku Kei kosong.
”..mana,Keiko..?” tanya Dewa bingung.
”Nggak masuk..kan sakit” jawab Mona. Dewa mengernyitkan dahi.
”Tapi tadi mbak Bian sms kalo Keiko nya pergi sekolah..” kata Dewa dan langsung menghubungi mbak Bian. Mona dan Didit pun mulai khawatir. Gantian mereka menghubungi Keiko. Ponselnya aktif,tapi tak direspon sama sekali.
 ---------------------------------------------------------------

Keiko berdiri sejak tadi didepan sebuah lapangan luas yang berjejer nisan-nisan.
Ia tak berani melangkahkan kakinya kesana. Ia takut. Takut setengah mati. Ini adalah hal yang rutin dilakukannya ditiap tanggal 17 Februari. Tanggal dimana bundanya pergi meninggalkannya dari dunia ini. Berdiri diluar kompleks pemakaman, menangis sejadi-jadinya.
Hari dimana bunda meninggal,rasa benci itu masih ada,tak ada tangisan disana. Saat pemakaman pun Keiko tak hadir. Ia lebih memilih mengunci diri dikamar. Setahun berikutnya di tanggal yang sama,Keiko beralasan keluar kota ikut pentas musik. Tahun berikutnya ia dilanda sakit yang membuatnya harus istirahat dikamar,dan sakit itu dibuat-buatnya biar tidak hadir di acara pengajian.  Semua dilakukannya karena rasa benci. Hanya ayah yang tahu tentang ini. Tapi ayah tak tahu,kalau ditiap tanggal ini pula,ia akan berdiri diluar kompleks pemakaman bunda dan menangis menyesali kesalahannya tak melihat bunda dimakamkan dan mengucapkan apa yang ingin diucapkannya,yang semuanya ia tulis di sebuah kertas yang tersimpan rapat disebuah kotak yang tak ingin dibukanya sampai hari ini. Keiko masih tak berani mendekat ke pusara bundanya. Ia malu.

 -------------------------------------------------------------------
Dewa masih ada disekolah saat semua orang mulai pulang. Mona dan Didit juga. Mereka bertiga masih berusaha menghubungi ponsel keiko. Dan hasilnya nihil.

Dewa sudah sampai dirumah,buru-buru mandi dan menuju kerumah Keiko yang sudah ramai. Pak Dibyo yang melihat kedatangan Dewa langsung menarik Dewa ke dapur.
”Keiko melakukan hal gila lagi,entah kali ini apalagi alasannya untuk tidak hadir di pengajian untuk almarhum bundanya..”
”Om..saya belum ngerti tentang ini. Saya bingung om..”
Pak Dibyo Cuma menepuk pundak Dewa.
”Om berharap tamu-tamu tidak mengetahui hal ini. Cukup keluarga saja yang tau kalau Keiko tak datang, Om sudah antisipasi,kalau ada yang bertanya,bilang saja Keiko sedang sakit dan tak bisa keluar kamar.”
Dewa mengangguk.

Dewa masih tak putus asa menghubungi ponsel Keiko.
come on,Kei..angkat telfonnya..” desah Dewa mulai gelisah. Ia menunggu di depan rumah Keiko. Sebisa mungkin ia tak menampakkan wajah paniknya ditengah keluarga dan tamu yang mulai berdatangan. Mona dan Didit muncul. Tak lama kemudian seorang lelaki tinggi juga muncul dan berbincang dengan Mona. Dari Didit Dewa tahu kalau itu yang namanya Tomi. Pak Dibyo muncul disamping Dewa.
”Wa’..ayok masuk kedalam..pengajiannya sudah mau dimulai..”
Dewa hanya mengangguk.
”Dewa tunggu disini saja om..”
”Keiko akan baik-baik saja,..” pak Dibyo meyakinkan.
Dewa masih tak tenang. Ia tetap memilih menunggu diluar.

Nihil. Sampai acara berakhir Keiko tak muncul. Hanya ada keluarga besar Keiko disana beserta Dewa, Tomi, Mona dan Didit, Lulu juga datang bersama mamanya tapi memilih tinggal menunggu Keiko pulang. Lulu main bersama Didit dan Mona. Dewa hanya ikutan nimbrung dan lebih banyak memainkan ponselnya.
Tak lama Tomi berdiri saat usaha nya menghubungi ponsel Keiko berhasil.
”Heyy,Keiko..Alhamdulillah..diangkat..kamu lagi dimana sekarang..?keluarga kamu cemas nungguin kamu..cepat bilang kamu lagi dimana,biar aku jemput..”
Pak Dibyo,Mona,Didit,dan keluarga Keiko yang lain tampak tersenyum lega.
Tapi tidak dengan Dewa. Ia malah tertunduk lemas karena bukan dia yang berhasil menghubungi Keiko. Kenapa harus Tomi. Dewa mengutuk dirinya sendiri telah berpikiran seperti ini. Pasti karena masih marah,makanya Keiko lebih memilih bercerita pada Tomi. Yang memang lebih memahami diri Keiko ketimbang gue,batin Dewa. Senyum miris terlihat diwajah kusutnya.
”Keiko sedang dalam perjalanan pulang..dia baik-baik saja..” ujar Tomi. Dewa melirik saat Lulu menuju kearahnya dan berkata ”aku mau nunggu kak Kei datang..pulangnya bentaran lagi ya,kak..?” ujar Lulu dan Dewa menyetujuinya dengan mengangguk.
 -----------------------------------------------------------

”Assalamualaikum..”
Suara Keiko yang terdengar jelas dari pintu membuat semua mata beralih kearahnya. Termasuk Dewa. Rasa cemas itu seketika hilang melihat sosok Keiko muncul. Ia pun orang pertama yang langsung berdiri dan menyambut Keiko dipintu. Tanpa mengingat banyak nya orang yang menanti kedatangan Kei diruang tengah, Dewa langsung mendekati Keiko. Keduanya hanya verpandangan,seperti orang yang lama tak bertemu. Mata Keiko berkaca-kaca. Dan Dewa sangat emosional dibuatnya.
...ikan asin..darimana saja..?” tanya Dewa setengah berbisik. Namun Keiko mendengarnya dengan jelas. Keiko tertunduk. Suara tangis Keiko mulai terdengar. Aliran airmata di pipinya membuat Dewa makin dekat dan meraih Keiko kedalam pelukannya. Makin terdengar suara tangis Keiko didada bidang Dewa. Dan itu makin membuat Dewa mempererat pelukannya.
”semuanya cemas nyariin kamu...tolong jangan seperti ini lagi,Kei..”
Keiko mengangguk.
Pak Dibyo pun berdiri beranjak kearah Keiko dan Dewa yang masih berpelukan.
”Ya ampun, Kei..kamu masih seperti ini..almarhum bunda gak akan suka,sayang...” ujar pak Dibyo seraya mengelus kepala Keiko. Keiko masih menangis dalam pelukan Dewa.
Keiko masih menangis tersedu-sedu.
”Sudah..sudah..kamu istirahat sekarang.Liat badan kamu lengket semua..mbak Bian..tolong bantu Kei..”
”Iya,mas..” jawab mbak Bian.
”Istirahat dulu,Kei..” bisik Dewa dan melepaskan pelukannya. Ia mengatur anak-anak rambut di wajah Keiko seraya mengusap air matanya.
Pak Dibyo pun melakukan hal yang sama,kemudian mencium pipi Keiko sebelum ia diantar mbak Bian masuk kekamarnya.

Dewa dan yang lain memutuskan untuk pulang. Memberi ruang untuk Keiko beristirahat.
Sesampai dirumah, Dewa merebahkan badannya di atas kasur seraya memandangi langit2 kamarnya. Sungguh hari yang melelahkan. Emosinya tak stabil hanya karena masalah ini. Dia masih tak mengerti masalah Keiko.

Esok harinya Dewa tak menjemput Keiko, Ia masih ragu apakah Keiko sudah bisa diajak ngobrol atau tidak. Disekolah pun, Dewa terlihat lebih banyak dengan teman-temannya. Sesekali ia melirik kekelas Keiko. Sampai-sampai ia lupa kalau hari ini dia harus latihan basket di gedung Indoor. Buru-buru ia kegedung olahraga indoor sekolah. Sesampai di lapangan ia sempat ditegur oleh Coach Bono,pelatih mereka.
Latihan 30 menit tanpa henti membuat Dewa lelah dan memilih istirahat di pinggir lapangan. Sambil mengatur nafasnya,ia memusatkan perhatian pada sebagian temannya yang masih ada ditengah lapangan dan merenggangkan kakinya.
Dewa terkejut saat seseorang dari belakang menyodorkan sebotol air mineral dingin. Dewa berbalik dan mendapati Keiko dengan senyum yang 2 hari ini begitu ia rindukan. Dewa tak langsung mengambil botol itu,malah masih terpaku memandangi wajah Keiko. Sesuatu yang dahsyat mengalir dihatinya.
"..udah boleh berenti senyum gak nih..pegal nih bibir..." Keiko berkata tanpa ada gerakan dimulutnya karena masih memasang senyum indahnya. Dewa merasa lucu melihat mimik wajah Keiko seperti itu dan tertawa lalu mendorong wajah Keiko. Keiko pun tertawa dan duduk disamping Dewa.
"haus kan..?" ujar Keiko saat botol air mineral itu brpindah tangan. Dewa hanya mengangguk keras sambil minum.
"..kenapa nggak bilang kalau hari ini latihannya di indoor..?" tanya Keiko tapi pandangannya kearah orang yang sedang latihan.
Dewa melirik, merasa aneh dengan pertanyaan Keiko.
"..kirain lo masih sakit,nggak masuk seko...."
"..kenapa gak ada SMS ronda lo semalam,knapa nggak jemput gue tadi pagi,kenapa nggak datang ke kelas gue tadi seperti biasanya..?" Keiko memotong kalimat Dewa dengan pertanyaan yang membuat Dewa berbalik kearah Keiko lagi. Begitu pula Keiko. Dewa sibuk mencerna maksud dari pertanyaan Keiko. Dan Keiko mendapati jawaban dari mata Dewa,kalau cowok ini sedang menjaga jarak darinya. Keiko menemukan perubahan di diri Dewa. Terlebih saat Dewa lebih dulu kalah di adu tatap ini. Dewa mengalihkan pandangannya kembali ke tengah lapangan.
"..menemukan sesuatu yang aneh dari gue sekarang,Wa'..??" tanya Keiko. Dewa tak menjawab. Hening beberapa saat.
"..harusnya lo mikir lagi untuk memperpanjang kontrak pacaran kita..gue nggak mau lo terlibat masalah gue..seperti semalam.." kata Keiko dan belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Dewa berbalik kearahnya dengan ekspresi yang tak bisa Keiko baca. Dewa lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Keiko. Keiko tak bereaksi ketika Dewa melayangkan ciuman dipipi Keiko. Pipi Keiko bersemu. Dewa melihatnya,dan tersenyum.
"..gue ngerti sekarang kenapa semua orang menyukai lo,Keiko..dan gue senang bahwa gue nggak salah pilih pacar malam itu..now you've really stolen my heart,..ikan asin.." bisik Dewa disela senyum manisnya dan beranjak kembali ke dalam lapangan melanjutkan latihannya.
Keiko berusaha mengatur detak jantungnya yang berdetak begitu cepat. Dan berusaha meyakinkan dirinya,bahwa itu bukan bunyi detak jantungnya. Mencoba berpikir tapi sulit. Dirinya masih terbuai dengan kecupan dan kalimat terakhir Dewa tadi.

0 komentar:

Posting Komentar